Kamis, 27 Desember 2012

"Air Bersih.... Riwayatmu Kini"

          Hai perkenalkan, panggil saja aku Amel.. Aku salah seorang mahasiswi yang sedang menuntut ilmu di sebuah Universitas negeri yang ada di kota Yogyakarta. Beberapa waktu yang lalu, kosku.... iya kos, yang notabenenya aku seorang perantau ini terkena banjir. Aneh memang karena pada dasarnya ketika itu hujan tidak terlalu deras, tetapi entah mengapa air naik hingga hampir masuk ke kamar dan aku pun meringkasi semua barang-barangku. Karena waktu itu aku mau kuliah, maka akupun menerjang hujan agar bisa datang ke kampus. Di sepanjang perjalanan menuju kampus, sungguh miris melihat jalanan yang penuh dengan air, padahal di kanan kiri jalan itu terdapat selokan. Ironi memang melihat keadaan ini. Mengapa tidak? Di kota besar keberadaan air memang kurang diperhatikan. Lalu apa yang dapat kita lakukan? Sebagai mahasiswa tingkat pertamapun naluriku tergugah untuk ikut andil menyelesaikan masalah ini.

            Mengapa harus air?
Kebutuhan makhluk hidup akan air tak bisa dipisahkan. Tanpa air, mahluk hidup di muka bumi ini akan mati. Bagi tubuh manusia, air merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan.
Setiap hari, rata-rata manusia memerlukan asupan air sebanyak dua liter, kekurangan air, tubuh bisa mengalami sakit kepala, letih, lemah, gangguan pergerakan otot, hingga kematian. Kurang minum air juga dapat mengakibatkan sejumlah penyakit, antara lain gangguan ginjal dan infeksi saluran kemih.
Penggunaan air untuk mandi, cuci, kakus (MCK) juga penting diperhatikan. Seseorang bisa terkena penyakit kulit, diare, keracunan, dan meninggal akibat penggunaan air tercemar. Riset WHO pada 2006 menunjukkan dalam satu dekade terakhir, rata-rata 50.000 orang meninggal per hari karena penyakit yang berkaitan dengan air tak bersih.



Fakta-Fakta mengenai air bersih
Pada tanggal 16 – 23 Maret 2003, World Water Development Report (WWDR) meluncurkan sebuah laporan PBB mengenai keadaan air di dunia. Laporan tersebut menyebutkan bahwa meskipun bagian bumi terbesar berupa air, namun hanya 2,53 % berupa air bersih. Dua per tiga dari air bersih berupa salju dan gleser yang sulit dimanfaatkan. Kondisi air di Indonesia menurut data hanya 20 % air bersih yang layak minum, kuantitas ketersediaan air tidak seimbang dengan konsumsi manusia yang terus meningkat seiring memadatnya populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi. keadaan tersebut diperparah dengan adanya perubahan iklim global dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15–35% per kapita per tahun beberapa hal diatas merupakan detak pemicu kelangkaan air.

Berikut data penggunaan air minum layak konsumsi menurut data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) bulan februari 2012.

Angka yang cukup memprihatinkan. Dari tahun ke tahun Indonesia mengalami krisis air bersih padahal Indonesia memiliki enam persen persediaanair dunia atau sekitar 21% dari persediaan air Asia Pasifik. Semestinya, Indonesia yang memiliki curah hujan tahunan rata-rata mencapai 2.779 mm tidak perlu kekurangan air bersih. Sayangnya, menurut data Deptan, dari seluruh curah hujan itu, hanya 270 mm (34 persen) saja yang tersimpan di dalam tanah menjadiair. Sisanya, sekitar 66 persen menjadi air limpasan permukaan (run off) yang sebagian besar mengakibatkan bencana banjir. Hal yang sedemikian ini membuat keberadaan melimpahnya air di Indonesia tidak diimbangi dengan manfat yang didapatkan oleh manusianya. Kurangnya pasokan air bersih untuk dikonsumsi sebagai air minum maupun untuk mandi cuci kakus oleh penduduk merupakan suatu bukti sulitnya mendapatkan air bersih di Indonesia. Sungguh ironis memang jika melihat kejadian seperti ini.
Apa sih yang menyebabkan kurangnya pasokan air bersih?
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita melihat penduduk sampai rela membeli air bersih dari pedagang keliling untuk mendapatkan air bersih karena sumber air di pemukiman mereka tidak memungkinkan untuk dikonsumsi.
Kelangkaan air yang merambat pada sulitnya Indonesia mendapatkan air bersih ini disebabkan oleh beberapa poin diantaranya adalah :
1.     Perilaku Manusia
Masyarakat masih menganggap air sebagai benda sosial. Sumber air baku (sungai), difungsikan berbagai macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci dan pembuangan kotoran/sampah. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama.
2.     Populasi yang terus bertambah dan sebaran penduduk yang tidak merata.
Disatu sisi kebutuhan akan sumberdaya air semakin meningkat pesat dan disisi lain kerusakan dan pencemaran sumberdaya air semakin meningkat pula sebagai implikasi industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tidak disertai dengan penyebaran yang merata.     
3.     Kerusakan Lingkungan
a.       Penggundulan Hutan
Penggundulan hutan merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih.  
Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah resapan air (catchment area) telah rusak  
karena penebangan liar.
b.      Global Warming
Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es  
di gunung dan kutub dan berkurangnya ketersediaan air.
c.     Pencemaran Air 
Sungai-sungai di Pulau Jawa umumnya berada pada kondisi memprihatinkan akibat
pencemaran limbah industri dan limbah domestik.


Dampak kelangkaan air bersih benar-benar tidak dapat diabaikan. Jika kita mengetahui betapa bahayanya dampak yang dapat ditimbulkan oleh ketidaktersediaan air bersih di muka bumi ini, baru kita akan sadar betapa pentingnya menjaga keberadaan air bersih itu agar tetap dapat selalu kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Dampak yang ditimbulkan dapat dalam berbagai bidang, dalam bidang kesehatan misalnya, terdapat berbagai penyakit yang sering menyerang saat krisis air bersih, seperti diare, Cholera, hepatitis, Disentri, Malaria, Penyakit cacing. Dampak di bidang ekonomi ditunjukan dengan adanya privatisasi yang akan membuat akses masyarakat terhadap air menjadi terbatas dan mahal. Karena seluruh biaya pengelolaan dan perawatan jaringan air dan sumber air lainnya bergantung semata pada pemakai dalam bentuk tarif. Sebenarnya dengan komersialisasi air, mereka yang memiliki uang paling banyaklah yang akan mendapat air paling banyak. Masyarakat miskin yang tidak punya uang justru makin sulit mendapat air sehingga banyak orang yang tidak mampu mendapat air sehat untuk minum.

Kalau sudah begini, kita harus bagaimana?
Bukankah yang seperti ini sangat ironi, ditengah tengah melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia saat ini, seharusnya kita dapat mengelola sumber daya yang ada. Bayangkan saja jika beberapa tahun mendatang keturunan anak cucu kita tidak lagi dapat menikmati sumber daya yang ada sampai mereka harus membayar sumber daya tersebut tidak secara cuma-cuma. Tentu kita tidak bisa tinggal diam dan hanya sekedar paham tentang krisis air ini, Kita harus memanfaatkan air secara bijak. Bijak dengan tidak boros dalam menggunakan air, tidak membuang air untuk kepentingan yang kurang bermanfaat, memanfaatkan sumber air yang ada, misalnya saja sumber air tidak hanya berasal dari pegunungan, laut, akan tetapi juga air tanah, air hujan.
Dewasa ini, penggunaan air tanah dan air hujan belum begitu populer di kalangan masyarakat, padahal ini potensi yang besar untuk kita dapat mengembangkan sumber daya yang ada. Air tanah memiliki beberapa sifat. Berikut beberapa keunggulan dan kerugian air tanah atau air keran:
1.      Keunggulan :
a.       pada umumnya bebas dari bakteri pathogen
b.      dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut
c.       praktis dan ekonomis untuk mendapatkan
d.      lapisan tanah yang menampung air biasanya merupakan tempat pengumpulan air alami.
2.      Kerugian :
Air tanah sering mengandung banyak kuman, bakteri, dan pestisida, serta mineral seperti Fe, Mn, Ca, dll.
Air tanah memiliki andil besar dalam pemenuhan ketersediaan air bersih. Perlu adanya pemanfaatan dan eksplorasi yang tepat dengan cara misalnya memberikan tempat untuk mengalirnya air hujan seperti sumur resapan. Selain untuk meminimalisir terjadinya banjir saat musim penghujan, sumur resapan berguna untuk “menanam air” ke dalam tanah. Dengan begitu, persediaan air bersih di dalam tanah terus terjaga.

Dalam pembuatan sumur resapan, ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi seperti sumur resapan harus berada pada lahan datar dan berjarak minimal lima meter tempat penimbunan sampah atau septic tank, dan satu meter dari pondasi bangunan, kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah, kedalaman muka air tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas (daya serap air) minimal 2 cm/jam, artinya dalam waktu satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm.
Untuk pemukiman padat, pembuatan sumur resapan akan menjumpai berbagai kendala, dari terbatasnya lahan bahkan hingga siapa yang akan bertanggung jawab atas pembuatan sumur resapan itu. Padahal pengelolaan air tanah yang baik dan benar dapat dijadikan sumber yang lumayan besar untuk pemasok air bersih dan sangat membantu manusia dalam memecahkan krisis kelangkaan air bersih ini. Pemanfaatan teknologi merupakan ide solusi dari masalah kelangkaan air bersih ini, bila pembuatan sumur resapan dinilai kurang efektif dan efisien dalam pemanfaatanya, terobosan teknologi telah membantu kita mempermudah analisis solusi permasalahan ini. Memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan produk pemurni air, sehingga sumber daya air tanah atau air keran dapat dimaksimalkan manfaatnya.
 
  
Apakah ada solusi lain?
 Ketika permasalahan yang dibahas mengenai air tanah atau air keran yang kurang dapat dimanfaatkan sebagai air layak minum, maka telah ditemukan teknologi modern dan canggih yang dapat menghasilkan air minum yang terlindungi dari kuman berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit. Pure it, Sebuah perangkat produk dari Unilever yang mampu menghilangkan virus, bakteri dan parasit berbahaya serta menghilangkan kotoran di dalam air, menghasilkan air yang jernih, tidak berbau dengan rasa yang alami sehingga dihasilkan air yang layak dikonsumsi. Berbagai keunggulan ditawarkan oleh perangkat ini, meliputi nilai kepraktisan dan ke-efektifan dalam penggunaan air, khususnya air keran, tanpa listrik dan atau gas, serta tanpa pengolahan lebih lanjut karena alat ini memiliki mekanisme empat tahap filtrasi. Tahapan pertama. Terdapat saringan serat mikro penghilang kotoran. Tahap kedua yakni menghilangkan parasit dan pestisida berbahaya dengan Filter Karbon Aktif. Tahap ketiga yakni oleh prosesor pembunuh kuman dengan ‘programmed disinfection technology’ yang menghilangkan bakteri dan virus berbahaya. Tahapan terakhir yakni penjernihan. Membuat air jernih, tidak berbau dengan rasa alami. Penggunaan teknologi pure it ini sebagai solusi tepat dapat memaksimalkan pemanfaatan air keran atau air tanah sebagai sumber daya yang tepat dalam memasok ketersediaan air bersih, sehingga dapat membantu memecahkan masalah sulitnya mendapatkan air bersih dan kelangkaan air yang terjadi dewasa ini.
Pure It, Solusi Cermat Hidup Sehat


Referensi :




0 komentar:

Posting Komentar

 
;