Jika
kita menyebut nama “kimia” sepertinya sudah tidak begitu asing lagi dengan
telinga kita. Memang, kimia sudah begitu akrab dengan kehidupan kita, terkhusus
kehidupan anak sekolah, dari SD, SMP, SMA, sampai di bangku perkuliahan. Kimia
merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan atom,
molekul, unsur, maupun senyawa yang ada di bumi ini, serta gejala – gejala
kimia yang disebabkannya.
Terlepas dari segala macam definisi
yang terkandung di dalamnya, kimia bukan hanya sekedar buku tebal yang harus
setiap malam dihafalkan oleh setiap anak. Namun, kimia adalah tentang bagaimana
mengaplikasikan ilmu sedemikian rupa tersebut menjadi hal yang bermanfaat di
dunia nyata.
“Lalu, sudahkah ilmu kimia memberikan manfaat bagi kita?”
Jelas. Pertanyaan ini sudah tidak
diragukan lagi jawabannya. Ya, kimia sudah banyak sekali memberikan manfaat
kepada kehidupan kita. Manfaat kimia sudah memasuk segala sektor kehidupan,
misalnya dal bidang industri, energi, lingkungan hidup, kesehatan, pertanian,
dan pangan. Pangan? Bagaimana ilmu kimia bisa berhubungan dengan bidang pangan?
Bisa memberikan manfaatnya ke dalam ilmunya pula. Tentu hal ini terlihat sangat
menggelitik bagi orang - orang yang belum mengenal kimia. Mereka akan berfikiran
bahwa ungkapan tersebut bukan merupakan sebuah fakta. Mana bisa larutan larutan
kimia yang berbahaya itu bermanfaat untuk pangan? Mana bisa reaksi reaksi kima
yang begitu luar biasa itu dapat menguntungkan kita? Hal ini bisa saja melayang
dalam pemikiran orang – orang tersebut. Namun, jika orang yang telah mengenal
kimia, mereka sangat setuju dengan manfaat yang diberikan oleh kimia. Mengapa
bisa demikian? Hal ini dapat terjadi karena mereka telah mengenal reaksi reaksi
kimia yang bermanfaat dan juga merugikan.
Taukah kalian tentang zat aditif
yang biasanya digunakan dalam masakan?
Zat aditif tersebut merupakan produk dari “ilmu kimia”. Zat Aditif
makanan atau bahan tambahan makanan adalah semua bahan kimia yang dimasukkan
dalam makanan guna untuk meningkatkan kualitas, keenakan, keunikan makanan, dan
lain-lain. Zat aditif sangat diperlukan dalam kehidupan kita,
untuk menambah cita rasa makanan yang kita masak. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur
sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam
hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat
aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak
bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada
waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita
rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan
lain sebagainya. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami
dan buatan atau sintetis Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat
aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, penyedap
rasa, pemutih, anti kempal, anti oksidan, pengatur keasaman, pengemulsi,
pemantap dan pengental.
Tidak semua produk yang dihasilkan
dalam ilmu kimia dapat berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan zat aditif, bahan
aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi
bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka
waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan
ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan
aditif makanan secara ketat dan juga melarang pengguanaan bahan aditif makanan
tertentu jika dapat menimbulakan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah
juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang
aman dan murah.
Kegunaan lain ilmu kimia dalam
bidang pangan adalah kimia organik, yaitu seperti karbohidrat, protein, lemak, enzim,
vitamin, mineral, serat dan lain sebagainya. Karbohidrat sendiri terdiri dari
80% total konsumsi manusia, karbohidrat yang paling umum dikenal manusia adalah
pati. Jenis karbohidrat yang paling sederhana adalah dari jenis monosakarida,
yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, sorbosa, dan sebagainya. Rangkaian
monosakarida akan membentuk sakarida lain yang lebih besar, yaitu polisakarida
(rantai panjang), oligosakarida (rantai pendek), dan disakarida (dua molekul
monosakarida). Nilai kalori karbohidrat adalah 4 kilokalori per gram.
Karbohidrat dapat digunakan sebagai sumber energi setelah melalui proses kimia
di dalam tubuh yang memecah karbohidrat rantai panjang (polisakarida) menjadi
monosakarida, mislanya glukosa. Glukosa dibakar di dalam tubuh untuk
menghasilkan energi, dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Reaksi ini
tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui kurang lebih 50 tahap reaksi.
Setelah itu adalah protein, protein merupakan
makromolekul yang sangat kompleks. Protein berperan penting dalam struktur dan
fungsi sel. Protein dalam tubuh berfungsi sebagai zat pembentuk jaringan tubuh,
pengatur, dan sebagai sumber energi. Selain itu, protein juga berguna sebagai
bahan pembentuk membran sel dan sebagai pembentuk enzim. Dalam bahan pangan,
protein merupakan zat yang penting dalam pertumbuhan dan ketahanan hidup.
Kebutuhan terhadap protein berbeda bagi setiap orang tergantung keadaan
fisiologisnya. Protein dalam bahan pangan umumnya ditemukan pada
kacang-kacangan, produk daging, dan makanan laut.
Jika bicara tentang lemak, merupakan
ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak umumnya dibedakan menjadi lemak
hewani dan lemak nabati. Lemak berguna untuk membentuk sel otak dan membran
sel, sebagai cadangan energi, pengatur suhu tubuh, dan pelindung organ. Selain
yang telah disebutkan diatas tentang manfaat ilmu kimia dalam bidang pangan
tersebut, tentunya masih banyak lagi manfaat yang diberikannya. Setelah
melihatnya sendiri pasti orang yang belum mengenal kimia akan mencoba mengenali
tentang ilmu tersebut.
Enzim adalah
katalis biokimia yang berperan dalam proses konversi dari satu zat ke zat lainnya.
Sebagai katalis, enzim berperan penting dalam mengurangi waktu reaksi kimia di
dalam tubuh. Banyak industri pangan yang memanfaatkan enzim dalam prosesnya,
seperti pembuatan bir, industri susu, dan sebagainya. Dalam industri-industri
tersebut, enzim didapatkan dari aktivitas mikroba yang ditambahkan di dalam
bahan pangan sehingga zat yang terdapat dalam bahan pangan mengalami perubahan.
Mineral
dalam bahan pangan amat bervariasi dan dibutuhkan oleh tubuh karena memberikan
manfaat tertentu. Namun tidak semua mineral di alam dibutuhkan oleh tubuh,
sebagian justru berbahaya walau dalam jumlah yang sedikit, misalnya arsen.
Mineral yang dibutuhkan oleh tubuh pun tidak boleh dikonsumsi berlebih karena
dapat mengganggu kesehatan, misalnya natrium, yang dalam kadar berlebih dapat
menyebabkan hipertensi. Hampir semua mineral yang dibutuhkan tubuh bisa
ditemukan dalam makanan.
Serat yaitu
bagian dari tanaman, umumnya merupakan rantai glukosa seperti selulosa, yang
tidak dicerna oleh tubuh. Serat bermanfaat dalam proses pencernaan, membantu
pergerakan bahan makanan dan tinja di dalam usus sehingga tidak terlalu lama
berada di dalam tubuh.
Saat ini,
tingkat konsumsi serat masyarakat berkurang karena sebagian besar makanan
diproses berlebihan dan dibuang bagian yang berseratnya. Misalnya beras, dari
gabah yang digiling, kemudian disosoh agar menjadi putih. Beras sebelum disosoh
mengandung serat yang tinggi, sedangkan beras putih yang saat ini beredar
memiliki kadar serat yang sangat sedikit. Begitu juga dengan gandum, yang saat
ini sedang kembali dipopulerkan konsumsi gandum utuh (whole wheat) guna
meningkatkan konsumsi serat masyarakat.
Begitu
banyaknya manfaat yang diberikan oleh ilmu kimia dapat memberikan kesadaran
kepada kita agar semakin mengembangkan dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan
tersebut sehingga dapat memberikan manfaat lebih lagi bagi kehidupan di dunia
ini. Selain mengembangkan, hendaknya kita juga dapat menciptakan alat
pencegahan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian bahan – bahan
kimia merata ke segala sektor terkhusus pada sektor lingkungan hidup,
kesehatan, dan kesejahteraan sosial.
0 komentar:
Posting Komentar